NAGARJUNA
Uraian paling
dini tentang Nagarjuna diberikan oleh Kumarajiva. Pada masa muda Nagarjuna
sudah memiliki kekuatan batin, ketajaman intelektual dan kemampuan serta
memahami kebenaran yang mendalam. Nagarjuna mampu memahami Tripitaka dalam 90
hari.
2 Risalah
kefilsafatan dalam bahasa Sansekerta:
- Mulamadhyamakakarika (Pokok-pokok jalan tengah)
- Vigrahavyavartani.
3 Risalah dalam
bahasa Tibet:
- Sunyata Saptati (70 bait tentang kekosongan)
- Yuktisastika (60 bait tentang pertautan)
- Vaidalyaprakarana (keterangan tentang Vaidalya Sutra).
3 teks penting
Madhyamika yang dianggap karya Nagarjuna dalam bahasa Cina:
- Ta Chih Tu Lun (Penjelasan tentang kesempurnaan kebijaksanaan)
- She Chu P’i P’o Sha Lun (Penjelasan tentang pencerahan melalui 10 tahapan Bodhisatva)
- She Erl Meu Lun (Penjelasan tentang 11 rangkaian pintu masuk)
Nagarjuna
terkenal karena dialektika logika kritisnya (menyadari kekosongan segenap
fenomena) tanpa melepaskan prinsip moralitas, karma dan meditasi.
Nagarjuna
menjelaskan wawasan terang yang didasarkan pada Jalan Tengah, jalan yang
mengatasi paham ekstrim asketisme (penyiksaan diri) dan hedonisme (pemuasan
nafsu indera).
Ajaran terkenal
dari Nagarjuna adalah Kekosongan yang berpadanan dengan ajaran
Pratityasamutpada dari segenap fenomena yang ada. Ajaran ini merupakan landasan
bagi sistem Madhyamika (Jalan Tengah).
Sumber-sumber
dalam bahasa Tibet lainnya tentang naskah-naskah Nagarjuna:
- Madhyamaka Sastra
- Vigrahavyavartani
- Pratityasamutpada hrdaya
- Catuhstava
- Bhavanakrama
- Suhrllekha
- Bhavasamkranti
- Ratnavali
- Prajnaparamita Sutra Sastra
- Dasabhumivibhaga Sastra
- Eka Sloka Sastra
- Vyavahara Siddhi
Biografi
Nagarjuna:
- Upadesa dalam 100.000 Gathas
- Buddhamargalan Karasastra dalam 5.000 Gathas
- Akutobhaya Sastra dalam 100.000 Gathas.
ASANGA
(ARIYASANGA)
Merupakan
Pelopor dari aliran Vijnanavada (Yogacara/Dharmalaksana) dengan konsep utamanya
Alayavijnana.
Karya filosofis
serta tafsiran-tafsiran sutra lainnya dari Ariyasanga:
-
Sutra Lankara
-
Madhantavibhaga Sastra
-
Vajracchedikha Sutra Sastra
-
Yoga Vibhaga Sastra
-
Mahayanabhidharma Sangiti Sastra
-
Mahayansamparigraha Sastra
Asanga merupakan
saudara tertua dari tiga bersaudara yaitu Vasubhandu dan Virincivatsa. Asanga
tidak memilik guru, tetapi menerima doktrin
Yogacara. Naskah yang berhubungan dengan Asanga adalah naskah Tantra yaitu
“Gunya Samaja Tantra” dan merupakan Pemimpin penting dari Tantra dan Vajrayana.
Asanga dalam
karyanya Sutra Lankara membantah bahwa ajaran Mahayana ditemukan setelah Buddha
Parinibbana. Ajaran Mahayana dikotbahkan Buddha dari Suatu kurun waktu yang
sama dengan ajaran yang dianut Hinayana.
Ajaran Mahayana
begitu luhur, dalam dan sukar dipahami oleh kaum dialektika yang skeptis, yang
tidak mungkin pula dapat mempercayainya Argumen Aryasanga yang begitu logik dan
skolastik ini tentunya mengandung nilai tersendiri bagi pertumbuhan Mahayana.
Asanga pada
umumnya pengikut Sarvastivada kemudian pindah ke Mahayana kemudian
mengembangkan doktrin Yogacara. Naskah otentiknya adalah Mahayana Sangraha,
Yogacara Bhumi Sastra (Mengajarkan tentang 17 tingkat Bhumi dan Mahayana
Sutralankara).
ATISA
Atisa lahir
tahun 982 Masehi di Bangala dari keluarga bangsawan. Pada awal mengenal
Buddhisme Vajrayana dari guru Rahulagupta, Virulpa.
Atisa pernah
datang ke Sriwijaya di Svarnadipa untuk belajar filsafat dan logika Agama
Buddha Mahayana di bawah bimbingan Dharmakirti.
Setelah dari
Sriwijaya kembali ke India dan terpilih sebagai kepala Vikramasila.
Isi Dasa
kausalya karma
Berusaha untuk
menghindari selama-lamanya:
- Pembunuhan
- Pencurian
- Perjinahan
- Kedustaan
- Perkataan tidak benar
- Ucapan jahat
- Perkataan tidak bermanfaat
- Nafsu rendah
- Kebencian
- Pandangan sesat
Hubungan Pujabhakti Mahayana dengan
Konsep Upaya Kausalya:
Pujabhakti
Mahayana merupakan suatu cara untuk mengembangkan ajaran Buddha dengan
melakukan pelafalan nama-nama Buddha dan Bodhisattva untuk meminta
perlindungan.
Upaya Kausalya
merupakan metode dalam Mahayana untuk menerangkan ajaran Buddha secara praktis
dan tenpa mengubah nilai spiritual yang terkandung didalamnya.
Latihan mengenai kesempurnaan:
- Latihan mengenai unsur pokok dari penerangan (Bodhipraksya carya)
- Latihan mengenai pengetahuan (Abhijna carya)
- Latihan mengenai kesempurnaan (Paramita carya)
- Latihan mendewasakan makhluk (Sattvaparipaka carya)
7 Bodhipaksya Drahma:
- Samrti Upasthananani
- Samyak Prahanani
- Addhipadah
- Indriyani
- Balani
- Bodhi Anggani
- Aryastanga Margah
Catvari Maha Pranidhana:
- Menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan
- Menghancurkan semua hawa nafsu
- Mempelajari ajaran Buddha dan mengajarkan kepada orang lain
- Membimbing semua makhluk menuju Kesempurnaan
10 Maha Pranidhana:
- Memberikan pemujaan kepada semua Buddha
- Mempertahankan disiplin agama
- Mempertahankan semua kejadian penting didalam karir di dunia Buddha
- Menyadari pemikiran mengenai penerangan dan melatih tugas-tugas dari seorang Bodhisattva
- Mendewasakan semua makhluk dan membina mereka dalam pengetahuan Buddha
- Mengetahui Seluruh alam semesta
- Membersihkan dan mensucikan tanah Buddha
- Memasuki jalan besar untuk menghasilkan pikiran umum dan tujuan dalam Bodhisattva
- Membuat semua tindakan dari tubuh, ucapan dan pikiran untuk mendatangkan hasil.
- Memperoleh penerangan tertinggi dan sempurna.
Santi Deva menguraikan pemujaan terdiri
dari:
- Vandana puja (Penghormatan pada Tri Ratna)
- Sarana Gamana (Ungkapan perlindungan pada Tri Ratna)
- Papadesana (Pengakuan kesalahan dihadapan guru)
- Punjanumodana (Bergembira menyalurkan jasa)
- Adhyesana (Upaya penyebaran Dharma)
- Parinamana (Penyaluran jasa dan pemasrahan diri)
ALIRAN DALAM MAHAYANA
- Abhidharma Kosa
Pelopor : Vasubandhu
Inti ajaran : Penyelidikan Abhidharma, menekankan bahwa segala macam
sankhara dan alam fenomena berada atau bereksistensi, bukan hanya sekedar nama,
walaupun semua itu dicengkeram oleh Anitya, Dukkha dan Anatman.
Berkembang di Tiongkok dan Jepang
- Satyasiddhi (Nihilistik)
Pelopor : Berdasarkan karya Harivarman. Sastrasiddhi Sastra.
Inti ajaran : Menyangkal adanya eksistensi sankhara dan alam fenomena,
aku dan Dharma adalah kosong tenpa inti
yang kekal.
Berkembang di India dan Jepang.
- Yogacara
Pelopor : Asanga, Vasubandhu dan siswa Maitreyanatha.
Inti ajaran :
-
Membabarkan ajaran ideasi semata (Vijnana matra) yaitu
segalanya adalah konstruksi mental atau kesadaran belaka.
-
Menguraikan 10 corak khusus Mahayana (Kitab Mahayana
Samparigraha): Alayavijnana, Vijnana matra, pencapaian wawasan tentang ideasi
semata, 6 Paramita, 10 Dasabhumi, Moralitas, Meditasi, Kebijaksanaa,
Pengetahuan tidak membedakan, Trikaya.
-
Menganalisa obyek-obyek mental dan fenomena
Berkembang di Jepang oleh Dosho (628-700)
- Madhyamika (Sunyavada)
Pelopor : Nagarjuna dan Arya Dewa (Abad I-II), Buddhapalita Bhavaviveka,
Candrakirti-Santidewa.
Di Tiongkok : Kumarajiva (Abad V)
Inti ajaran :
-
Menyangkal yang keliru dan menegakkan yang benar
-
Penekanan pada arti penting terhadap smavrtisatya dan
paramartha satya.
-
8 metode untuk menyangkal secara dialektika, yaitu:
Tidak dilahirkan, tidak lenyap, tidak langgeng, tidak putus, tidak sama, tidak
berbeda, tidak datang dan tidak pergi.
Tri Sastra dalam aliran ini:
-
Madhyamika Karika (Nagarjuna)
-
Dvadasa-dvara (Nagarjuna)
-
Sastra-sastra (Arya Deva)
Berkembang di Tiongkok, Cina, Tibet, Korea dan Jepang.
- Avatamsaka
Pelopor : B. Sien Sou (577-640 M) di Tiongkok.
Inti ajaran : Segala yang terdapat dalam kehidupan ini saling
mempengaruhi dan sesungguhnya segala realitas mutlak. Seorang Bodhisatva dengan
melaksanakan 6 paramita dapat menolong setiap makhluk yang menderita untuk
mencapai pencerahan.
Enam sifat khusus dalam Avatamsaka:
-
Universalitas
-
Kekhususan
-
Keserupaan
-
Keanekaragaman
-
Gabungan
-
Perbedaan
Berkembang di Tiongkok
- Thien-Tai
Pelopor : B. Ce Khai, Hui Wen dan Hui She
Pedoman : Saddharmapundarika Sutra, Amitartha Sutra Nirvana, Maha
Prajnaparamita Sutra, Mahayana Sradhotpama Sastra.
Inti ajaran :
-
Setiap insan dapat mencapai keBuddhaan.
-
Anitya
-
Dukkha
-
Anatman
-
Nirvana sebagai keadaan sejati
-
10 alam, Buddha, Bodhisattva, Pratyeka Buddha, Sravaka,
Deva, Manusia, Asura, Preta, Binatang dan Neraka.
Berkembang di Asia Timur, Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam.
- Tantra
Pelopor : Subhakarasinha, Vajrabodhi dan Amogavajra.
Inti ajaran:
Menekankan praktek mistik dalam usahanya mencapai persatuan dengan kosmos
dan melalui sarana-sarana seperti sikap tubuh (Mudra), konsentrasi pada ucapan
(Dharani dan Mantra) dan pikiran (Yoga) yang dibantu dengan simbol religius
lainnya.
4 Mandala dalam Tantra :
-
Maha Mandala (gambar tampat kediaman para Buddha dan
makhluk lainnya)
-
Samaya Mandala (Tempat kediaman Buddha ditambah benda
duniawi)
-
Dharma Mandala (Berbentuk bija aksara melambungkan para
dewa dan ariya lainnya)
-
Karma Mandala (Figur-figur buatan/arca)
Berkembang di Tiongkok, Jepang dan Tibet.
- Chan/Zen
Pelopor : Bodhidharma di Tiongkok.
Inti ajaran:
-
Ia yang melihat Dharma, melihat Buddha
-
Terangi hati dan lihatlah karakter diri sendiri.
-
Pengertian tentang Sunyata.
-
Ajaran diluar kata-kata dan dari hati kehati.
Sumber literature Zen:
-
Sutra Altar: dialog Zen dgn Master Hui Neng.
-
Sutra Intan: Pikiran tidak melekat pd apapun.
-
Lankavatara Sutra: Pikiran, keBuddhaan da, Kekosongan.
6 Patriach:
-
Bodhidharma
-
Hui Khe
-
Sheng Chan
-
Tao Sin
-
Hung Jen
-
Hui Neng
Berkembang di Tiongkok dan Jepang.
- Sukhavati
Pelopor : Bodhiruci (503-535)
Pedoman : Amitabha Sutra, Maha Sukhavati Vyuha, Amitayus Dhyana Sutra.
Inti ajaran : Menitik beratkan bakti kepada Amitabha Buddha yang berdiam
di Sukhavati.
Berkembang di Tiongkok dan Jepang.
- Nichiren
Pelopor : B. Nichiren Daishonin (1222-1282)
Inti ajaran :bersikap dinamis positif dan mengajarkan tiga hukum rahasia
(Gohonzo, Daimoko, Kaidan)
Berkembang di Jepang.
- Vinaya
Pelopor : B. Tao Hsu An (Dinasti Tang)
Inti ajaran : Menguraikan peraturan, terdiri dari 4 sumber Vinaya (Catuh
Vinaya):
-
Sarvastivada Vinaya
-
Dharmagupta Vinaya
-
Mahasanghika Vinaya
-
Mahisasaka Vinaya.
1.
Ciri-ciri mahayana.
1. Literatur
Sutra menggunakan Bhs Sansekerta
2. Lebih
bersifat filosofis, religi
3. Pencapaian
Nirvana dengan realisasi Prajna paramita
4. Setiap
makhluk mempunyai sifat kebuddhaan
5. Dukkha
merupakan ciri kehidupan yang bersifat maya
6. Mengajarkan
tantang yang absolut
7. Buddha
Historis merupakan pancaran dari Yang Absolut
8. Realisasi
Nirvana tidak hanya dicapai dengan usahanya sendiri tetapi juga melalui bantuan
orang lain
9. Bercita-cita
menjadi Bodhisatva
10. Nirvana
tidak dipahami sebagai kemenangan dari Samsara
2.
3 aspek mahayana.
1.
Aspek Penafsiran:
-
Progresif (Tidak kaku
dan melekat begitu saja terhadap ajaran Sang Buddha yang tersurat)
-
Liberal : bersemangat
mencari makna yang tersirat daripada
arti harafiah
2. Aspek Cita-cita : Positif
(pemenuhan sifat-sifat kebajikan/paramita) dengan jalan kebodhisatvaan
3. Aspek Metodik : Metode Upaya
Kausalya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar